Kosmetik Wardah di Bogor

Sejarah Wardah

Wanita bersahaja, Nurhayati Subakat. Dan barangkali kita lebih mengenal merk barang-barang yang dibesarkannya dari rumah tersebut berpuluh tahun: Wardah. Ya, perempuan yang dibungkus hijab biru itu ialah orang dibalik kegemilangan Wardah, perusahaan kosmetik keelokan yang meraksasa dan masing-masing produk besutannya sohor ke mana-mana itu.

Kosmetik keelokan ini sudah digunakan berjuta orang. Para perempuan muda. Ibu lokasi tinggal tangga. Wanita karir. Para pesohor yang berlahiran di layar televisi kita. Bahkan sampai ke manca Negara. Wardah pun sudah mensponsori begitu tidak sedikit hajatan besar. Sekedar menyinggung satu: Indonesian Idol, tayangan yang membetot berjuta mata itu..
Dia bekerja sebagai apoteker di Rumah Sakit Umum di Padang. Merasa lumayan berbakti di sana, dia memilih pindah ke Jakarta. Bekerja sebagai staf quality control di suatu perusahaan kosmetik yang telah sohor. Bekerja di perusahaan itu ialah dambaan semua professional muda alumni farmasi. Dari rumahnya di Kebayoran lama, Nurhayati melaju ke kantor perusahaan di unsur timur Jakarta itu. Saban hari begitu.
Dan karir di situ bahwasannya sudah mulai berkilau. Tapi suatu kejadian kecil di perusahaan ini mendorongnya keluar.
Keluar dari perusahaan raksasa itu, dia enggan menyerah. Dapur mesti mengepul. Semangat mesti menyala. Dua anaknya beranjak remaja, perlu uang yang cukup. Dia lalu mengawali bisnis sendiri. Dan tersebut tahun 1985. Sebuah industri rumahan. Semula tenaga kerjanya hanya satu orang. Pembantu lokasi tinggal tangganya sendiri. Produk kesatu yang dibesut ialah sampo dengan brand  Putri. Dan memperbanyak si putri tersebut mengucurkan keringat.

Si Putri tersebut mekar berkembang. Keuangan pun mulai berkilau. Meski pelan diterima pasar. " Alhamdulillah, mayoritas salon menerima produk kami," kata Nurhayati memperingati masa pahit itu. Saat tersebut sejumlah produk besutannya dikenal di salon-salon ternama di Jakarta. Sudahlah dapat diramalkan, masa mendatang perusahaan ini akan kemilau.

Tapi cobaan berat tersebut datang lima tahun kemudian. Pabriknya hangus terbakar. Usaha yang dirintis dari nol tersebut tiba-tiba saja jadi arang. Lenyap pun semua mimpi yang telah lama menyala itu.

Dihantam krisis ke titik nadir laksana itu, Nurhayati berkeinginan menutup perusahaan itu. Matematika bisnis telah tak mungkin membangunkan usaha itu. Sudah tak masuk akal. Utang dibank belum lunas. Ketika usaha ini merangkak naik, Nurhayati memang melakukan pembelian secara kredit suatu mobil box. Mobil itulah yang mengirimkan si Putri ke salon-salon. Jadi? Jalan sangat masuk akal, tutup tersebut usaha. Tapi Nurhayati bukan seorang pebisnis belaka. Dia pun seorang ibu, yang dapat meleleh air mata memikirkan nasib semua karyawannya. " Bila perusahaan saya tutup, bagaimana nasib mereka," kenangnya mengingat waktu susah itu. Mencoba bangkit pun sungguh tak gampang.

Dan Nurhayati ialah kata beda dari tekad. Dia mulai lagi. Dari nol. Benar-benar nol. Modal mula pinjam dari simpanan suami. Bayar gaji karyawan dipungut dari gaji bulanan suami. Kerja keras episode kedua ini pun ada hasilnya. Mesin pabriknya pulang menyala, " Bahkan dapat bayar gaji dan THR semua karyawan," kisahnya.

Sesudah tersebut mesin pabriknya terus menderu. Begitu untung, dia mengerjakan inovasi. Dan di antara inovasi tersebut masuk ke bisnis kosmetik. Nurhayati jitu mengincar konsumen. Merekam apa yang diperluka dunia di sekitarnya. Dari pergaulan keseharian dia merasa bahwa ada keperluan para muslimah guna tampil elegan. Merias diri secara bebas tanpa perlu khawatir soal halal tidaknya suatu produk.

Nurhayati seperti mengejar rumah usahannya. Dia mengincar segmen muslimah itu. Meramu produk kosmetik yang sekarang kita kenal dengan nama Wardah. Bunga mawar yang indah. Perlahan si bunga tersebut mekar. Merangsek pasar. Mulai dikenali dan jadi kosmetik langanan kalangan ruang belajar menengah ke atas. Kaki bisnis ini kuat. Konsumen pun setia. Kesetian pemakai dan manajemen yang kuat menciptakan Wardah sanggup melalui badai krisis yang menggulung ekonomi Indonesia 1997.

Banyak teknik ditempuh menjual produk kosmetik ini. Di samping lewat sebanyak agen di sejumlah kota besar, Wardah juga dijual dengan teknik Multi Level Marketing (MLM). Dan kerja keras tersebut memang terdapat hasilnya. Modal pun kian banyak. Laba yang diraih digunakan untuk terus memperluas jaringan pasar. Wardah lantas merangsek ke pasar Negara tetangga. Masuk ke kota-kota di Malaysia. Dan di sana sebanyak produknya laku keras. Diminati tidak sedikit muslimah di sana, berlomba dengan produk negeri serumpun itu.

Kini Wardah menjadi di antara produk kosmetik terbesar di negeri ini. Banyak figur wanita dan pesohor yang menggunakan produk kosmetik dan menjadi bintang iklan perusahannya. Inneke Koesherawati dan Dian Pelangi, yang terdapat dibaliho kecil di ruang tamu itu, ialah dua misal bintang itu. Inneke ialah mantan artis. Dian Pelangi ialah desainer hijab yang berhasil dan telah melalangbuana ke sebanyak Negara. Dua perempuan cantik itu ialah bintang iklan Wardah. Syuting iklan itu sampai ke kota Paris.

Nurhayati bertekad meraih pasar yang lebih luas. Go international. Dia mematok memasang target, perusahaan ini mesti go public tahun 2016. Dan itu dapat saja terjadi. Masih ada masa-masa dua tahun. Meski sudah merangkai rencana besar itu, pada umur 63 tahun, Nurhayati sekarang mulai menepi. Kendali perusahaan di berikan kepada kedua anaknya. Kedua anaknya tersebut juga alumni ITB. Memegang kendali pemasaran dan produk, dua sektor urgen yang menjadi ujung tombak perusahaan ini. Mereka siap go internasional.

Hampir 28 tahun menekuni bisnis ini, Nurhayati memperkirakan bahwa segmen muslimah dan keelokan ini akan terus bersinar. Bahkan pesat melaju. Tapi dia berharap supaya bisnis ini tidak bakal pernah menjangkau puncak. “ Saya malah berharap, bisnis mode, lifestyle muslim ini tidak boleh pernah sedang di puncaknya dulu,” katanya.

PT Paragon Technology and Innovation, perusahaan yang menaungi minimal 300 item kosmetik tersebut pesat berkembang. Tumbuh 50 persen setahun. Padahal secara umum, bisnis kosmetika di Indonesia tumbuh dengan rata-rata 10 sampai 15 persen.

Size bisnis segmen muslimah ini, kata Nurhayati, makin melebar lantaran bertumbuhnya fashion muslim yang lifestyle. Lebih modis namun tetap bermartabat. Dan anak-anak muda laksana hijabers lebih agresif dalam perkara perluasan dagang. Itu sebabnya Nurhayati menyala optimismenya begitu bicara soal masa mendatang perusahaan yang dirintis dengan sulit payah itu.

Kini, Paragon membuka pabrik di dua lahan yang luas. Dari semula dikerjakan bareng pembantu di rumah, perusahaan ini memperkerjakan 4000 ribu lebih karyawan.

Kesuksesan tersebut diapresiasi tidak sedikit orang dan lembaga. Sebuah Majalah Mingguan di Jakarta memberi penghargaan untuk sebagai salah sati Chief Executive Officer (CEO) terbaik di Indonesia. Sejumlah penghargaan lain pun sudah diterima.

Posting Komentar

0 Komentar